Selasa, 25 September 2012

DETEKTIF CILIK


Erangan menyeramkan membangunkan Asep. Dengan mata terkantuk – kantuk, ia mencoba mencari sumber suara itu.
“Aaaargh. . . tidak. . . pergi kau. . . !!” Asep kaget mendengar suara itu. Cepat cepat ia menyalakan lampu kamar. Ternyata erangan yang menyeramkan itu berasal dari tempat tidur Deden. Rupanya Deden sedang bermimpi. Tempat tidur Deden terletak di sebelah tempat tidur Asep.
“Hey, den! Kalau mimpi jangan berisik, dong. Kakak tidak bisa tidur nih! Besok kakak harus bangun pagi.”
Deden terbangun. “Kak, tadi aku mimpi diculik sekawanan perampok. Aku ketakut-an.”
“itu cuma mimpi, Den. Makanya, sebelum tidur, baca doa dulu. Biar mimpimu bagus. Sudah ah, kakak mau tidur lagi.”
Belum sempat Asep memejamkan mata, tiba – tiba ia di kagetkan kembali oleh suara suara gaduh dari luar kamarnya. Asep mengintip ke luar jendela kamarnya. Ia melihat sekelebatan bayangan hitam. Namun saat ia melihat sekali lagi, bayangan itu sudah tidak ada. Ah, mungkin aku salah lihat. Pikirnya. Asep akhirnya tertidur kembali.
Keesokan paginya, saat sarapan, asep menceritakan sekelebatan bayangan yang mengganggu tidurnya.
“Mungkin hantu . . . . ,” jawab adiknya.
“Sudah, sudah . . . mungkin itu hanya ranting pohon yang goyang tertiup angin. Ayo, lekas berangkat ke sekolah. Nanti Ayah terlambat masuk kantor,” timpal Ayah.

“Nanti malam aku akan menyelidikinya,” piker Asep.
Sepulang sekolah, Asep membeli kue kesukaanya di warung Bi Minah. Di warung itu, terdengar suara ribut ibu – ibu yang mengobrol. Ternyata mereka sedang membicarakan rumah Bu Intan yang tadi malam kemalingan. Asep teringat, Bu Intan adalah tetangga barunya. Suaminya bernama Pak Radi. Rumah mereka hanya terhalang 5 rumah. Tanpa lama – lama, Asep membayar kuenya dan pulang ke rumah. Setiba dirumah, Asep berteriak memanggil ibunya.
“Bu, Ibu . . . !!!! Rumahnya Bu Intan tadi malam kemalingan, ya? Mungkin bayangan yang semalam kulihat itu, bayangan perampoknya, Bu.”
“Menurut kabar yang ibu dengar sih , iya, Sep. tetapi tidak ada korban. Hanya beberapa perhiasan dan uang yang di rampok. Ini perampokan yang ke tiga di komplek Bima Elite ini.”
Setelah selesai makan dan mengerjakan PR, Asep pamit pada ibunya. Asep berniat menyelediki perampokan di rumah Bu Intan.
Setiba di rumah Bu Intan, suasana terlihat sepi. Tiba – tiba, Asep mendengar dua orang sedang bercakap dengan suara pelan. Asep tidak bisa mengintip karna tempat mereka terhalang tembok.
“Rencana kita berhasil, Tan. Sekarang, tinggal rumah Bu Lilla sasaran kita berikutnya. Kita tetap masih harus berpura pura sedih kalau kita sudah kemalingan.”
“Siiiippp. . . orang – orang di komplek Bima Elite ini mudah saja di bohongi, hahaha”. Orang misterius itu tertawa
Hah! Apakah itu benar suara Bu Intan dan Pak Radi? Kok mereka tidak seperti suami istri ? seperti berbicara dengan teman. Apa maksud mereka dengan “ sekarang tinggal rumah Bu Lilla?” Itukan nama ibuku. Apa jangan – jangan mereka . . . Jantung Asep berdebar memikirkan dugaanya.
Malampun tiba. Setelah semuanya tidur, Asep mengendap – endap keluar kamarnya dan mengambil senter. Tidak lupa membawa tape recorder untuk merekam, jika dugaanya benar.
Setelah tiba di belakang rumah Bu Intan, Asep berhati – hati agar tidak mengeluarkan suara yang mencurigakan. Ternyata dugaan Asep selama ini benar. Ada suara beberapa orang sedang berdiskusi. Asep tidak lupa merekam dengan recordernya. Mereka terdengar akan merampok rumah Bu Lilla.
Setiba di rumahnnya kembali, Asep segera membangunkan ibu bapaknya. Ia memberikan recorder yang sudah di rekam tadi kepada ibu dan bapaknya. Ayah menyalakan recorder itu dan mendengar rekaman percakapan orang – orang itu.
“Darimana kamu mendapatkan ini?”
“Maaf, Yah. Tadi Asep keluar rumah diam – diam. Soalnya kalau Asep bilang, pasti tidak di izinkan. Sekali lagi yah, Asep minta maaf.” :’(
“Ya sudahlah, biarkan yang berlalu, yang perlu kita lakukan sekarang kita harus cepat – cepat telepon polisi sebelum mereka datang. Tapi jangan ribut. Kita sergap mereka begitu masuk.”

(Beberapa saat kemudian)
Polisi datang tanpa menarik perhatian tetangga lain dan tanpa membunyikan sirine. Mereka bersembunyi di balik gorden dan di balik semak di depan rumah.
Sesaat kemudian, empat perampok bertopeng masuk kerumah. Ayah menyalakan lampu. Para perampok itu kaget, mereka langsung lari. Namun mereka di hadang oleh polisi yang bersembunyi di balik semak.
Akhirnya mereka pun tertangkap basah. Waktu topeng mereka di buka, ternyata mereka adalah Pak Radi, Bu Intan, dan kedua teman mereka. Semuannya tertunduk malu, dan tidak berkata apa – apa. Akhrnya mereka di bawa kekantor polisi.
“Terima kasih atas kerja samanya, pak. Kalau kami tidak di beritahu, mungkin perampok amatir ini akan merajalela,” kata Pak Polisi sambil menjabat tangan Ayah.
“Sebenarnya, kalau tidak ada “DETEKTIF CILIK” ini, semuanya tidak akan terbongkar,”kata Ayah sambil melirik ke Arah Asep dan sambil mengelus kepala Asep.”tapi lain kali, kalau mau keluar malam, bilang dulu ya.”
Mereka semua pun tertawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar